Thursday, November 21, 2013

Dia Perempuanmu

Dia perempuanmu,
yang meski lelah sepulang beraktifitas seharian tapi menyempatkan diri ke pasar atau minimarket sekedar membeli keperluan makanmu malam ini dan esok pagi.

Dia perempuanmu,
yang meski tidur lebih malam namun memaksakan diri bangun lebih pagi dibanding siapapun, menyempatkan diri memasak untuk sarapanmu pagi ini.

Dia perempuanmu,
yang terus belajar dan berusaha menyajikan makanan lezat dan bergizi meski awalnya tidak bisa memasak sama sekali.

Dia perempuanmu,
yang meski pagi sekali sudah bangun namun tetap menyempatkan diri merapikan tempat tidur dan selimut yang kau pakai semalam serta handuk yang kau letakkan sembarangan sehabis mandi.

Dia perempuanmu,
yang meski letih namun menyempatkan diri mencuci pakaian kotormu dan menyetrikakannya agar esok kau terlihat lebih rapi.

Dia perempuanmu,
yang selalu memilihkan pakaian-pakaian terbaik untuk kau kenakan agar kau terlihat lebih tampan meski ada perasaan takut dan cemas bila ada perempuan lain yang melirikmu nanti.

Dia perempuanmu,
yang meski terkadang sakit karena lelah namun tak pernah mengeluh dan tetap tersenyum menyambutmu setiap pagi, memastikan agar dimulai dengan indah hendaknya hari ini.

Dia perempuanmu,
yang diam dalam ketakutan dan kecemasan mendapati tubuhmu yang panas tinggi malam ini.

Dia perempuanmu,
yang meski menangis dalam cemas namun tetap tersenyum merawatmu yang terbaring sakit dan cerewet memastikan kau makan makanan bergizi dan meminum obatmu agar kau cepat sembuh dan bisa beraktifitas lagi.

Dia perempuanmu,
yang sabar mendengar omelan ibumu lewat telepon karna mendapati dirinya tak begitu telaten dan sempurna mengurus keperluanmu sehari-hari.

Dia perempuanmu,
yang selalu ada saat kau butuhkan dan selalu mendengarkan keluhanmu soal hal-hal kecil yang kau lewati hari ini.

Dia perempuanmu,
yang tak pernah berhenti merindukanmu meski marah dan kecewa atas kelakuanmu yang terkadang mengecewakan hati.

Dia perempuanmu,
yang berjanji tak akan marah lebih dari satu hari karena kehilanganmu justru lebih membuatnya takut dibanding memelihara amarah dan egonya sendiri.

Dia perempuanmu,
yang tak pernah berhenti memaafkanmu dan kembali mempercayaimu setelah apa yang kau lakukan membuatnya tersakiti.

Dia perempuanmu,
yang tak pernah kehabisan alasan untuk tetap mencintaimu lagi dan lagi meski hari terus berganti.

Ya, dia perempuanmu.

---------------------------------------

Wednesday, November 20, 2013

Kembang Api


Sudah seminggu Vivian dan ratusan orang lainnya ditampung di gedung besar ini. Mereka dikumpulkan di ruangan besar dan diberi makan oleh orang-orang berseragam dua kali sehari. Namun dia masih tidak mengetahui alasan dia berada di sana, menanyakan pada ayah ibunya pun sia-sia.

Menurut kabar, hari ini mereka akan dikeluarkan dari gedung besar ini, dihibur dengan kembang api.

Ternyata benar, siang itu pertama kalinya mereka keluar dari gedung dan langsung disambut kembang api  besar berwarna kuning dan oranye. Vivian senang sekali. Namun belum kembang apinya mati, satu persatu orang di depannya tumbang, tewas dengan kulit hitam legam seperti habis terbakar.


                    --------------------END--------------------

Diikutsertakan dalam #FF100Kata dengan tema Genosida.

Catatan: 
Genosida adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Genosida di sini menggunakan fosfor putih yang menyebabkan orang yang terpapar seakan tak sadar jika materi asap ini telah menembus kulit, saraf, otot, hingga ke dalam tulang dan membakarnya sampai tewas mengenaskan.

Tuesday, November 19, 2013

Lily

"Oh, Lily. Di sini kau rupanya. Sempurna dan menawan seperti biasanya."

 Ya Tuhan, lelaki itu lagi, taipan ternama yang beberapa bulan terakhir memujaku, atau memuja tubuhku lebih tepatnya. Lelaki ini selalu datang di setiap show yang aku ikuti, berlenggak-lenggok di atas catwalk menampilkan lingerie dan pakaian dalam termahal rancangan seorang desainer kondang.

Siapa yang tidak akan meneteskan air liur melihat tubuh yang ditopang oleh kaki jenjang, pinggang ramping, pinggul berlekuk, dan payudara montok? Bahkan lelaki tua yang lebih pantas ku panggil bapak ini saja tak mampu menolak pesonaku.

“Ya ampun, berapa kali ku katakan aku tak ingin jadi budak nafsumu!”



                                ------------------END-----------------

Monday, November 18, 2013

Aku Pergi




Lelaki itu bungkam, matanya sendu menahan tangis. Kemarin, kembali ku dapati pesan mesra dari wanita jahanam itu di ponselnya, ke sekian kalinya.

“Sudah berkali-kali aku katakan, aku akan pergi jika memang kau tidak dapat melepaskan bayang-bayang wanita jahanam itu dari hubungan kita. Aku muak, Mas. Aku capek selalu memaafkanmu tiap kali kau mengatakan ini hanya khilaf kemudian meminta maaf.” Ucapku dengan nada datar. Mungkin aku sudah tidak bisa marah, air mataku telah habis.

“Jangan tinggalkan aku, Sayang.” Dia terisak lirih. Mata lelakiku sempurna menganak sungai. Dia mengguncang kemudian memeluk tubuhku yang sudah kaku. Sebotol Sianida habis ku tenggak pagi ini.


                        ----------------------END---------------------

Diikutsertakan dalam #FF100Kata dengan tema #MataLelaki.