Sunday, October 19, 2014

MISTAKE

Seorang bijak pernah berkata,
If someone did a mistake at second time, it's not a mistake, it's a choice.

Entahlah, kalimat bijak di atas selalu terngiang-ngiang dalam kepala saya setiap kali seseorang melakukan kesalahan yang sama. Bila mereka sadar apa yang mereka lakukan salah, mengapa mereka harus terus mengulanginya? Ini bukan lagi soal kesalah, tapi pilihan. Ya, mereka memilih untuk berada di jalan tersebut.

Okay, idk why I write something about this. May be caused my sunmorn is so blue or because my period pain lead me do random things that I never do before.
I am sorry sangat sebab menyampah.

K. Bye.

Wednesday, October 1, 2014

Tentang Luka

Masa kecil yang selalu indah.
Cinderella yang malang akhirnya menemukan pangeran yang baik hati. Hidup bahagia selamanya hingga tua nanti.

Masa remaja yang selalu ceria.
Berjumpa kawan sebaya yang selalu membawa kabar bahagia. Sesekali malu-malu bertemu teman lelaki yang disuka diam-diam sambil melempar senyum manis manja.

Hanya saja hidup bukan melulu tentang bahagia dan tawa.
Saat dewasa kau belajar, bahwa ada luka yang pelan-pelan mengajarkan soal bijaksana.
Tentang luka. Kau bicara soal cinta tak lagi hanya soal senyum simpul malu-malu saat bertemu. Cinta datang lebih mendalam. Membawa luka yang tak hanya memberimu tangis dalam malam-malam penuh doa.

Iya, kau sudah dewasa.
Kau bukan lagi gadis kecil ayah yang dipangku tiap senja, mendengar dongeng ayah yang tak pernah ada habisnya sambil sesekali bercanda dengan manja.
Iya, kau sudah belajar mengenai hidup sendiri membangun asa.
Belajarnya bijak menerima tiap luka dan kecewa dengan hati yang lebih lapang dada.
Kau bukan lagi gadis kecil ayah yang manja.
Sudah saatnya tiap luka kau sikapi dengan hati ikhlas tanpa keluh kesah pada Sang Kuasa.
Tentang luka, dia mengajarkanmu menari di bawah hujan biar tangis mengalir deras tanpa siksa.
Kau sudah dewasa.


Oktober kelabu, 2013

Tuesday, July 1, 2014

Repost: Being a Woman is Priceless





 So I got this post during browsing my FB timeline. I want to repost it because I think it's blowing my mind and every men  shoul read it and they would truly appreciate a woman.
A lot of men think they are doing women a favor by asking for her hand in marriage, but let’s think about this :
she changes her name,
changes her home,
leaves her family,
moves in with you,
builds a home with you,
gets pregnant for you,
pregnancy changes her body,
she gets fat,
almost gives up in the labor room due to the unbearable pains of child birth,
even the kids she delivers bear your name.
Till the day she dies...everything she does, (cooking, cleaning your house, taking care of your parents,bringing up your children, earning, advising you, ensuring you can be relaxed, maintaining all family relations, everything that benefit you.....sometimes at the cost of her own health , hobbies and beauty.
so who is really doing whom a favor?
Dear men appreciate the women in your lives always, coz it is not easy to be a woman.
*Being a woman is priceless*
Copied from this page.
Yap, women go through a lot. For everyone that in a relationship, I hope everything's you do for each other, you do it gladly.
Thanks for reading, enjoy it.

Monday, June 30, 2014

Love Letter♥ : Sincerely Me, Your (ex)-BestFriend

Surat dari (mantan) sahabat



Assalamualaikum. Hallo sahabat, gimana kabar kalian? Sudah lama aku tidak menyapa kalian. Hari ini aku sempatkan mengirim surat ini untuk kalian. Semoga ini tidak mengusik waktu istirahatmu walau hanya sesaat. Aku mengatakan ini sebagai wujud kepedulian seorang (mantan) sahabat. Aku tidak tahu apakah kau pernah menganggapku seperti itu, yang jelas aku pernah merasa bahwa kau sahabatku, dulu. Untuk saat ini, entahlah.. Hanya kalian dan Tuhan yang tau...

Maaf, bukan karena aku merindukan kalian, bukan karena aku ingin dekat lagi dengan kalian. Aku hanya ingin menyapa saudara lamaku. Yang dulu menemani banyak hariku. Sebenarnya aku tidak ingin memutus persaudaraan dengan kalian. Tenang aja, aku tidak akan melupakan kalian.
Jika benar dirimu adalah yang sekarang sering kulihat, aku hanya mengucapkan selamat karena kau tak lagi menutup-tutupi dirimu yang sebenarnya, karena kau tak lagi bersikap sok manis padaku. Tetapi, berhak jugakan aku kecewa akan sikapmu yang selama ini membohongiku? Wajar, kau tak berhak mengontrol perasaanku. Terima kasih untuk sikap manis dan sinis, terima kasih untuk pura-pura jadi temanku, terima kasih untuk tipu muslihat yang kau tunjukkan padaku.

Selama ini aku berusaha untuk sabar dan slalu memaafkan kamu. tapi hari ini, maaf aku nyerah. aku juga udah biasa tanpa kamu. begitu juga dengan kamu pastinya :)

Sekarang aku berjalan sendiri, tanpa berpegangan tangan dengan kalian seperti dulu. Semua hilang tanpa sisa, membawa sejuta kepercayaan yang telah ku berikan. Kalian tidak tau seberapa sakitnya hatiku.

Mungkin tulisan ini takkan basah oleh air mataku, tapi lembab di dalamnya merupakam wujud dari tangis hatiku. Jangan merasa sesak akan amarah dari sapaan singkatku ini. Karena aku tak ingin dan tak mau membecimu.
Surat ini untuk kalian, surat terakhir dariku. Maafkan aku, selanjutnya kita jalani hidup kita masing-masing. Telah ku putuskan menguburmu dalam-dalam bersama kenangan kita bersama. Tidak akan ada lagi aku dalam hari-harimu. Ku rasa ini memang terbaik, agar tidak ada yang saling tersakiti dan menyakiti.



Thursday, March 20, 2014

Say Sorry

Saying you're sorry is called apologizing.
When you apologize, you're telling someone that you're sorry for the hurt you caused, even if you didn't do it on purpose. People who are apologizing might also say that they will try to do better. They might promise to fix or replace what was broken or take back a mean thing they said. And even apologizing can not fix or replace it, it still apologize.

Tuesday, February 11, 2014

Berbicara Mengenai Nurani

“Aku yakin sejahat-jahatnya wanita yg ada di balik selimut orang lain itu sebenarnya masih punya hati nurani yg baik, sayang saja ego mereka lebih tinggi.” - A people out there.

Oh, apakah anda yakin?

Belum tentu mereka memiliki nurani yang baik. Saya pernah mengalaminya.
Lelakiku yang sampai beberapa bulan lalu masih saja diganggu (atau entah juga mengganggu) wanita itu. Wanita itu, yang sejak beberapa tahun terakhir ada di bayang-bayang lelakiku, bahkan jauh sebelum lelakiku menjadi milikku. Saat aku tahu perihal wanita itu, aku sendiri yang memintanya berhenti, cukup sampai di sini, sudahi saja hubungannya dengan lelakiku. Lelakiku menyanggupi, takkan ada lagi bayangan wanita itu di antara kami berdua, lelakiku bahkan sampai menangis meminta aku untuk tetap bertahan dan jangan meninggalkan.Lelakiku menyanggupi semua syarat yang aku berikan, dia bersumpah akan menepati janjinya untuk berhenti berhubungan dengan wanita itu.

Tapi tidak dengan wanita itu, dia yang ku minta sendiri untuk berjanji tidak ada lagi di antara kami, tidak sanggup memenuhi permintaan aku. Dia dengan tanpa rasa bersalah mengatakan, “maaf kak, aku ga bisa.” Bahkan sampai sekarang, wanita itu masih kerap membicarakan mengenai lelakiku di media sosialnya, masih berharap lelakiku akhirnya memilih dia, dan dengan angkuhnya menyalahkan aku atas semua yang terjadi antara dia dan lelakiku. Dia bahkan tidak segan menyebutku ‘bitch’ dan menuliskan hal-hal  buruk (yang tidak benar) tentang aku di media sosialnya.





Oh, Tuhan. Di mana nurani mu, wahai wanita di balik selimut lelakiku?